Sebenarnya ini bukan
tentang kehadiranmu, bukan itu. Karena aku tahu bahwa segala sesuatu telah dijadikan
berpasang-pasangan, dan kehadiranmu adalah sesuatu yang pasti terjadi, dan kali
ini adalah waktu kehadiranmu, aku sangat tahu itu.
Kau tahu, rasanya
seperti kemarau gersang yang tiba-tiba hilang berganti angin. Kau dulu tiada
untukku dan nantinya juga akan kembali tiada. Aku tahu bahwa bersamaku pandanganmu
tak lagi bebas, bersamaku langkahmu akan terasa berat, aku tahu itu. Aku tidak
bisa berjanji untuk menjadi istri yang baik. Tapi aku berjanji akan selalu
mendampingimu, kemanapun langkahmu kau tuju.
Pada sujudku kali
ini, aku selipkan salam pengharapan panjang, pada pengharapanku kepadamu, pada
ketabahanku menantimu, pada masa depanku bersamamu meski nanti akan menjadi
kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh ya Rabb, tapi
rasanya terlalu indah nikmat yang telah Engkau berikan ini.
Sepenggal puisi ini,
tidak aku persembahkan untukmu. Tapi aku persembahkan sebagai rasa syukurku
atas nikmat Allah Yang Maha Suci menciptakan aku dan kamu berpasang-pasangan. Entah
kamu yang berada di belahan daratan manapun saat ini membacanya atau tidak, aku
tak peduli. Bisa jadi suatu saat kamu yang akan membacanya nanti, Nak. Agar kamu tahu seputih apa cinta ini, setulus apa aku menyimpan satu hati di dalam hatimu
hingga tiba saatnya kita berjanji untuk tidak akan mengkhianati.
-Devi Anggraini
Putri-
Komentar
Posting Komentar