Sebenarnya ini bukan tentang kehadiranmu, bukan itu. Karena aku tahu bahwa segala sesuatu telah dijadikan berpasang-pasangan, dan kehadiranmu adalah sesuatu yang pasti terjadi, dan kali ini adalah waktu kehadiranmu, aku sangat tahu itu. Kau tahu, rasanya seperti kemarau gersang yang tiba-tiba hilang berganti angin. Kau dulu tiada untukku dan nantinya juga akan kembali tiada. Aku tahu bahwa bersamaku pandanganmu tak lagi bebas, bersamaku langkahmu akan terasa berat, aku tahu itu. Aku tidak bisa berjanji untuk menjadi istri yang baik. Tapi aku berjanji akan selalu mendampingimu, kemanapun langkahmu kau tuju. Pada sujudku kali ini, aku selipkan salam pengharapan panjang, pada pengharapanku kepadamu, pada ketabahanku menantimu, pada masa depanku bersamamu meski nanti akan menjadi kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh ya Rabb, tapi rasanya terlalu indah nikmat yang telah Engkau berikan ini. Sepenggal puisi ini, tidak aku persembahkan untukmu. Tapi...